Konspirasi fashionista : membumikan bahasa langit

Menyoal tentang jalabib/jubah/abaya/ruquh dan khimar/kerudung, tak sedikit dari paman dan bibi saya yang sudah mengetahui kewajiban ini. jelas saja, 3 dari lima anak mbah saya jebolan pondok tertua di Jawa dan lulus dengan predikat summa cumlaude versi sana (hash, coba aku ngak kena virus lope2 y, lak sitik2 iso ketularan sregep lan pinterx duluranq ;p ). OOT!, back 2 the case,. Namun, sejauh saya berkoar-koar tentang ayat-ayat yang mewajibkan jalabib dan khimar, sejauh saya menuntut pengaplikasian atas ilmu yang mereka terima. Empat tahun lebih hanya berbuah bunyi tong kosong, nyaring tanpa isi.

Setitik cahaya baru mulai melintas lebaran ini. Kesemua bibi dan keponakan saya sudah mengenakan jalabib dan khimar ketika bersilaturahim ke saudara-saudara. Meski ketika di area rumah saya masih tidak digunakan secara baik dan benar, namun alhamdulillah seorang sepupu saya sudah memakainya secara tetap. Tak lain dan tak bukan, karena kepincut jalabib saya yang berwarna cerah. Ahay!, sebuah celah tersirat. sayapun semakin menjadi-jadi, sedikit demi sedikit saya ujuk-ujuki dia ketika belanja, metode ini terkesan childish/mirip anak kecil memang, tapi efektif ternyata! Beberapa jubah saya dipakainya! Maka jadilah bulek saya selaku ibunya turut terikut, lantas sepupu-sepupu saya yang lain, lantas emak2nya. Ahay jackpot sista!

Itulah kenapa saya sekarang merasa perlu mempatut-patutkan diri ketika menemui mereka, tak sekedar asal nyaman dipakai. Meski memang, style Nyaman lebih asik daripada style cantik. tapi setidaknya berusaha-lah dikit-dikit, menata dan mempatutkan diri di depan orang yang saya anggap berpotensi diajak. lek mung ng pasar gang siji yo males ae jeh!

tampil cantik ngak melulu dengan alasan norak semisal agar diperhatikan lelaki,
atau seperti beralasan seperti saya, yang mempercantik diri demi mencari kepuasan pribadi (bagi saya terserah orang mau ngomong apa, entah saya jelek kek, saya terlampau kurus, pucat de el el. Saya tak perduli, selama saya merasa masih sebagai ciptaan Allah yang cantik, proporsional dan sempurna, sak karepmulah ape ngomong opo.

itulah kenapa banyak yang tidak tau bahwa sebenarnya kenarsisan dan hobi dandan saya sudah pada stadium 3 ahahahaha),

Tampil cantik (namun masih mengidahkan efek syar’i), dan serasi, bisa menjadikan orang lain mengikuti style kita. tak ngilerkah dengan pahala?, bukankah seseorang yang mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan mendapat dua pahala, pahala mengajak dan pahala MLM dari perbuatan baik orang yang diajaknya.

Seperti pepatah jawa, wiwiting tresno jalaran songko kulino, awalnya suka/cinta itu dari terbiasa. Bisa jadi ayat-ayat yang mewajibkan sudah hapal, namun pelaksanaanya masih belum lekat pada mereka karena belum adanya suri tauladan sebagai triger/pemicu. Bukankah kebanyakan anak yang dibiasakan sholat dan berada lingkungan yang orang-orangnya sholat akan terikut tertib sholat?

bukankah anak yang dibiasakan berkerudumg sempurna sedari kecil, berada di lingkungan yang memiliki norma berkedurung ketika wanita baligh adalah wajib, dan sadar sepenuhnya kewajiban ini bisa dipastikan akan berkerudung pula sampai ajalnya?. :D semoga kita nanti mampu mendidik dan membiasakan anak kita dengan nilai kebenaran islam ini. dan tak menyerah ketika si anak beralasan panas, atau menjadi malas ketika kerudung dan khimar balita kita membuat cucian baju semakin menumpuk banyak

ah tak perlu buru-buru menyangkal ide saya, ini hanyalah salah satu pintu/jalan pembuka, banyak metode lain yang bisa jadi lebih ampuh :D saya hanya berbagi pengalaman pribadi. Semoga saja berguna, semoga saja menambah pahala

0 komentar:

Posting Komentar