dakwah ini MILIKMU ATAU MILIKU?!

0 komentar


Suatu malam, ketika hati ini demikian lemah, sebuah kesejukan dating menyapa. Ia adalah petunjuk yang dihembuskan pada ruang ketidak sengajaan. Tersebutlah ketika saya membaca paragfarf 3-5 pada bab 8 halaman 74 buku berjudul meraih dahsyatnya ikhlas karya ahmad hadi yasin. Saya tidak peduli dengan latar belakang penulisnya, dari partai apapun beliau, madhab apapun. Yang jelas saya mengakui kebenaran apa yang beliau sampaikan pada ranah tersebut.

Diantara kata-katanya adalah
‘'boleh jadi kamu melihat orang-orang yang aktif dalam dunia dakwah. Apabila salah seorang rekanya melontarkan perkataan yang mengganggu, atau melukai perasaanya, atau tindakan yang menyakiti dirinya, secepat itu pula ia marah dan meradang, lalu meninggalkan gerakan dan aktifitasnya. Meninggalkan medan jihad dan dakwahnya.
Padahal jika landasanya adalah ikhlas untu mencapai tujuan, sekalipun orang lain menyalahkan, meremehkan, dan bertindak melampaui batas terhadap dirinya, ia akan teguh dijalan itu. Sebab ia berbuat karena Allah dan bukan karena kepentingan pribadi atau atas nama keluarga. Serta bukan karena kepentingan orang-orang tertentu.
Dakwah kepada Allah bukan seperti harta yang ditimbun, atau harta yang bisa dimiliki seseorang. Dakwah meupakan miliki semua muslim. Setiap muslim tidak boleh menarik diri dari dakwah hanya karena sikap atau tindakan tertentu yang mempengaruhi dirinya, apalagi karena hal-hal sepele seperti teguran atau celaan belaka. Oleh karena itu teruslah istiqomah dalam setiap ikhtiar kita menegakan agama Allah''.

Kemudian saya tiba-tiba teringat dengan beberapa kejadian serupa yang saya temui selama menjamah area kampus. Keberagaman baground yang ada di kampus membuat saya menemui berbagai orang dari berbagai jama’ah. Dan, daintara orangorang tersebut, terdapatlah segelintir diantaranya yang membenar mutlakan dirinya dengan menyalah mutlakan pendapat apapun diluar dirinya, meski itu pendapat dari sesame orang muslim, bahkan pendapat yang dibolehkan berbeda (masih masalah furu’/cabang yang notabene dibolehkan berbeda dan tidak mengeluarkan penganutnya keluar dari islam/murtad/kafir).. saya, pernah pada suatu masa memiliki kecenderungan seperti ini.. menyatakan diri saya mutlak benar dan pendapat diluar saya adalah mutlak salah…

Sebenarnya taka ada salahnya dengan memiliki pendapat bahwa diri ini mutlak benar, bagaimana diri ini hendak mempertanggunjawabkan perbuatan dihadapan pencipta, jika menyakini kebenaran yang kita lakukan saja tidak. Namun, sekali lagi namun, menyatakan pendapat yang berbeda dengan pendapat kita (hanya menyangkut maslaah furu’) adalah mutlak salah, dan menghalangi pelakunya dari berdakwah adalah suatu hal yang SAMA SEKALI TIDAK SAYA APRESIASI. Kenapa kita harus menyalahkan, jika Allah saja membenarkan (lewat hadist dan ayat Qur’an), kenapa kita harus melarang, jika Allah saja membolehkan perbedaan (dalam hal furu’) itu. Siapa sih kita, kok segitu PEDEnya mendahului otoritas Allah?. Dan bagaimana mungkin kita seberani itu mencela dan menghalang-halangi sodara seiman kita berdakwah?, menyampaikan apa yang dianggapanya sebagai kebenaran?, meski berbeda dengan kebenaran yang kita anut, bukankah Rabb kita saja mengakuinya, bukankah setiap yang berasal dari hadist, selemah apapun itu selama masih dalam maslah furu’ mesti dihargai?. Milik siapakah islam?, milik siapakah dakwah?, bisakah ia dimonopoli oleh perorangan hingga layak bagi perseorangan untuk menghalangi muslim lainya dari jalan dakwah?..

Bukankah dakwah ini miliknya juga, saudara sesame muslim juga. Bukankah ia dibebankan oleh Allah kewajiban yang sama, yaitu untuk menyeru kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran?. Sebagimana diriku, dan dirimu…lantas, pantaskah kita menghalangi dan mengunder estimate dirinya?. Yakinkah diri ini lebih mulia dari dirinya, sudahkah Allah menjaminkan surga untuk kita dan neraka untuknya..bukankah lebih nyaman untuk duduk cangkrukan sambil diskusi pelan-pelan demi mengkomunikasikan permasalahan..bertukar pendapat secara gentle di depan lebih mulia kan?. :D

sodaraku,  sebenarnya saya teramat-sangatlah malas berdebat , saya malas mendapat masalah, tapi apadaya, saya ingin melihat umat ini bersatu, karena hanya pribadi dewasa dan bijaksana yang bisa menyatu dalam perbedaan. Dan hanya keimanan saja lem perekat yang tak lekang oleh waktu serta kepentingan.. note ini sama-sekali tidak ingin mendiskreditkan siapapun, hanya selembar ilmu yang diharapakan bisa menular dan menjadi tambahan uang saku buat ngerayu Allah di akherat ntar :p. kalau ada saran perbaikan bisa disampaikan lewat komentar ataupun email ke yayukumibaroroh@gmail.com 
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

jangan sia-siakan masa mudamu kawan

0 komentar

Pernah suatu ketika saat sedang menuju rumah seorang kakek untuk keperluan suatu hal, saya menemukan sebuah pelajaran berharga.
Sebelum saya masuk, seorang anak kecil tampak baru pulang mengaji masuk ke rumah yang sama. Di sana terdapat seorang kakek sedang menatap kosong langit biru sambil duduk diatas kursi tua kesayangannya. Sang anak kecil menyapa, lalu bertanya “Kong, Mamat mau tanya nih. Pak ustadz kasih tugas buat dikerjakan di rumah, yaitu menulis 15 huruf ikhfa’. Hurufnya apa aja sih, Kong?”
Si Kakek kaget dengan pertanyaan cucunya, membisu seribu bahasa.
“Ayo jawab Kong.” Mamat mendesak.
“Engkong ngga tau, Mat.” jawab Engkong melemas.
“Masa nggak tau sih.” Mamat tak yakin dengan pernyataan Engkong.
“Benar, Mat. Engkong ngga tahu, dah lupa.”  jawab Engkong dengan retorikanya.
“Kong! Emang waktu masih muda engkong kemana aja? Masa’ huruf ikhfa aja nggak tau.” Mamat kesal sambil berlari ke dalam rumah.
Langkahku tertahan menyaksikan adegan dialog tersebut, sambil terdiam dan mengamati apa yang terjadi berikutnya. Lalu si kakek terlihat menutup wajah tuanya dengan dua telapak tangannya yang coklat dan nampak garis keriputnya.
Kemudian aku masuk dan menyapa Kakek dengan salam. Beliaupun menyahut, menyapa dan mempersilahkanku masuk. Kulihat matanya memerah dan dengan lelehan air mata.
“Kenapa, Kong?” tanyaku.
“Ah, nggak ada apa-apa,” jawabnya sambil menenangkan diri.
“Gara-gara pertanyaan Mamat barusan ya?” tanyaku kembali.
Si Kakek kaget sambil melihat wajahku.
“Benar kan?” kuyakinkan.
“Benar.”
“Apa yang salah dengan pertanyaannya?” Rasa penasaranku semakin menguat.
Apakah pertanyaan sederhana itu begitu menyayat hati?
Lalu Kakek menjawab, “Wahai anak muda, jangan kau sia-siakan masa mudamu. Karena usia muda itu hanya kau alami sekali dalam hidupmu. Benar aku menangis karena Mamat, tetapi bukan itu yang membuat air mata ini mengalir. Hatiku berkata, Ya Allah, pertanyaan Mamat saja tak bisa aku jawab, apalagi saat aku ditanya oleh malaikat saat di alam barzakh (kubur).”
Kakek melanjutkan, “Usiaku kini 75 tahun. Tetapi usia yang tua ternyata tak mampu menjawab pertanyaan seorang bocah ingusan. Seakan akan hidup baru 3-5 tahun saja di dunia.”
Aku pun ikut menangis, melihat jawaban Kakek menyesali hidupnya.
Wahai sahabat, gunakan masa muda sebelum datang masa tua, karena catatan besar selalu hadir pada usia muda. Sejarah kepahlawanan itu terukir di usia muda. Kematangan tua itu dipupuk pada usia muda. Ilmu dan pengalaman itu dikumpulkan di usia muda. Kegagahan dan kejayaan itu terjadi diusia muda. Kekuatan dan keberanian itu menyatu dengan gairahnya anak muda. Cerita indah itu dibangun diusia muda. Penaklukan peradaban itu di lakukan oleh para pemuda. Mimpi-mimpi besar itu berawal dari usia muda.
Wahai jiwa yang mendambakan kemuliaan di usia muda, lakukanlah karya hebat diusia mudamu, karena ia adalah momentum emas. Sebaik-baiknya karya adalah yang hal yang mendatangkan keridhoan Allah, menghadirkan senyuman Rasulullah, menjadi kebanggaan orang tua, keluarga, suami, istri, anak-anak dan tetangga serta kemaslahatan bagi manusia.
Kisah di atas dituturkan oleh Ustadz Reza Sulthan (Pengurus IKADI Jakarta Barat).
Muhammad Sholich Mubarok, Jakarta

be aware gozipers

0 komentar

It’s better alone than to be with someone that does not suit u
Gozip, makin digosok katanya makin sip. Paernah ngak sih kita mendengar gossip?. Kalo ada yang bilang enggak, coba diinget2 lagi. Pernah ngak mendengar suatu kabar ataupun cerita yang berbau negative tentang orang lain, dan sebenarnya kabar itu sama sekali tidak ada gunanya untuk di kabarkan. Misalnya, si A ntu kalo badmood nyebelin banget, atau si C ntu suka cc, yah begitulah.
Perempuan terutama, dikenal memiliki curiousity yang tinggi, sehingga secara alami mereka ingin tau tentang kabar atau tetek bengek hal yang ngak penting tentang orang lain. Saya sendiripun mengakui tidak suci-suci amat menyoal ini. Mesti tau ini salah, saya jujur mengakui masih belum bias lepas 100% dari mendengarkan pergosipan. Gossip itu seolah seperti mata rantai setan dalam pergaulan.
Padahal, bias dibilang gossip adalah metode pembunuhan yang paling kejam. Kenapa, karena gossip selalu melibatkan pembunuhan karakter, benar ataupun tidaknya berita kadang tidak selalu direspon oleh pendengar gossip. It just spread. Coba dipikirkan lagi, setelah kita mendengar berita buruk tentang seseorang atau sesuatu, pastinya akan ada informasi yang mengendap di otak kita. Disadari ataupun tidak, informasi tersebut akan turut mempengaruhi sikap kita terhadap sesuatu atau seseorang yang digosipkan tersebut. Padahal bias jadi sesuatu yang dikabarkan tersebut belum tentu benar, dan kalaupun ternyata benar, belum tentu hal tersebut ada sangkut aputnya dengan kita.
That’s why now I will try my best not to be gossiper, and never be the listener too.




Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (buruk), karena setengahnya itu dosa, dan janganlah menyelidiki kesalahan lain dan jangan pula setengah kamu mengunjing (ghibah) setengah lainnya. Maukah seseorang darimu makan daging saudaranya yang mati? Pasti kamu jijik (tidak mau).
Bertaqwalah kepada Allah, bahwasannya Allah menerima taubat lagi penyayang (Hujurat 12)