mendidik perut

0 komentar
pada saat kondisi kita sedang 'jaya' dan serba tercukupi, biasanya akan terasa sulit untuk berempati bahkan sekedar simpati pada kondisi orang lain yang berkekurangan.. diakui maupun tidak, nilai-nilai sosial yang dulunya demikian bisa menyentuh hati kita jadi terkikis sedikit demi sedikit.. hati seolah mengeras, liat saja, tak lagi tersentuh ia oleh tangisan pengemis di pinggir jalan.. pdahal, dulu, ketika kondisi kita masih pas-pasan, selalu da uang receh yang sengaja disediakan untuk berinfak disetiap perjalanan pulang, selalu ada lembar biru ataupun melati mearah yang tersisihkan untuk lembaga amal.. tapi, ketika pendapatan telah naik beberapa kali, justru terasa sulit untuk berempati...

demikianlah, menikmati dunia denganm proporsi yang tidak tepat memang akan memancing wahn/ kecintaan pada dunia.. membuat hati mengeras dan susah di ajak beramal

meski pendapatan naik 5x lipat dari biasanya, jatah infaq tetap sama bahkan lebih kecil,

hal itulah yang membuat saya seringkali merasa bersalah setiap menghabiskan uang untuk kesenangan secara berlebihan.. menghabiskan lembar biru dalam hitungan jam di Mc'D terasa mudah, namun ketika memasukanya ke kotak amal, sampai akhir bulan, masih jua hal itu teringat...


padahal jika diingat, hasil akhir di Mc'D akan terbuang di toilet, sementara hasil akhir dari uang yang saya masukan di kotak amala akan terbawa sampai kiamat..
"buat apa?, dibawa matikah"
kata itu akan mengiris-iris lebih dalam ketika saya hendak membuang uang untuk kesenangan. entah kenapa, semuanya jadi terasa sangat semu..

puasa senin-kamis bahkan daud dulu demikian terasa mudah, tak perlu diingat, apalagi dipaksakan ketika dulu pendapatan kita pas-pasan. kadang jika rizki datang, beberapa lembar melati merah sudah disisihkan ke amplop infaq duluan sebelum mengatur jadwal belanja bulanan, cepat-cepat dibuang ke kotak infaq terdekat supaya setan tak sempat menggoda dan mengghembuskan kepelitan... tapi... kenapa justru ketika rizki datang dengan kemudahan,, tak disertai dengan kemauan menambah jatah yang disisihkan?


mendidik perut, adalah salah satu jalan untuk dapat berempai pada kesusahan orang lain, ia dapat berupa puasa, dapat berupa menjalani gaya hidup mereka, dapat berupa silaturahmi dan merangkul keseharian mereka, dapat berupa mengayomi dan meringankan sedikit kebutuhan mereka...


mendidik perut, mendidik gengsi, adalah sesuatu yang harus senantiasa kita refresh, jika tidak ...
cepat ataupun lambat kita akan menjadi seperti para pemangku kekuasaan di negeri ini,, terbuai dunia dan berlomba mendapatkan keuntungan pribadi tak peduli jika banyak orang mesti mati berdiri karena ulah kita..


mari, mendidik perut, memasung gengsi!