berkompetensi dalam mencari ilmu, sebuah tetesan embun bagi mereka yang lelah dan dahaga dalam perjalanan panjang mencari ilmu

0 komentar
PENDAHULUAN


Pembuatan makalah ini dilatar belakangi oleh keinginan penulis untuk menjadikan kita lebih bersemangat untuk terus mencari ilmu. Perjuangan panjang dan melelahkan para salafussaleh dalam mencari ilmu dapat menjadi inspirasi bagi mereka yang hendak menyerah dalam menekuni jalan panjang pencarian ilmu. Ilmu adalah selayaknya cahaya dan peta yang menuntun seorang pengelana untuk sampai pada tujuanya ditengah gelapnya belantara malam kehidupan. Tanpa disertai ilmu, hidup seseorang seolah tersesat dan hilang arah. terseok-seok pada onak duri kehidupan bahkan mungkin terjerumus pada kenistaan. Semoga tulisan ini dapat menjadi ladang amal jariah bagi penulis.





PEMBAHASAN

2.1 Anjuran Mencari Ilmu
Perhatikan baik-baik hadits Rasulullah saw di bawah ini!
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ النَِّبيُ صلى الله عليه وسلم : لاَحَسَدَ إِلاَ فِي اثْنَتَيْنِ : رَجُلٌ أَتَاهُ اللهُ مَا لاً فَسُِّلطَ عَلىَ هَلَكِتهِ فيِ الَحقّ ِ, وَ رَجُلٌ أَتَاهُ اللهُ الْحِكْمةَ فَهُوَ يَقْضِى ِبهَا وَيُعَلِمُهَا (رواه البجاري)
Artinya :
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhamad pernah bersabda :”Janganlah ingin seperti orang lain, kecuali seperti dua orang ini. Pertama orang yang diberi Allah kekayaan berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar, kedua orang yang diberi Allah al-Hikmah dan ia berprilaku sesuai dengannya dan mengajarkannya kepada orang lain (HR Bukhari)

Hadits di atas mengandung pokok materi yaitu seorang muslim harus merasa iri dalam beberapa hal. Memang iri atau perbuatan hasud adalah perbuatan yang dilarang dalam ajaran Islam, tetapi ada dua hasud yang harus ada pada diri seorang muslim, yaitu pertama menginginkan banyak harta dan harta itu dibelanjakan di jalan Allah seperti dengan berinfaq, shadaqah dan lainnya. Harta ini tidak digunakan untuk berbuat dosa dan maksiat kepada Allah, kedua menginginkan ilmu seperti yang dimiliki orang lain, kemudian ilmu itu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, juga diajarkan kepada orang lain dengan ikhlas.

Selain itu menuntut ilmu itu tidak mengenal batas usia, sejak kita terlahir sampai kita masuk kuburpun kita senentiasa mengambil pelajaran dalam kehidupan, dengan kata lain Islam mengajarkan untuk menuntut ilmu sepanjang hayat dikandung badan. Sebagaimana tercantum dalam hadits nabi :

أُطْلُبُ الْعِلْمَ مِنَ الْمَحْدِ إِلَى اللَّهْدِ (رواه مسلم)
Artinya
“Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat”(HR. Muslim)

2.2 Faedah dan Keutamaan Mencari Ilmu
 Al-Qur’an surat Al-Mujadilah ayat 11
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu; Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan member kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan; Berdirilah kamu, maka berdrilah, niscaya Allah akan meninggikan (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Mujadalah:11)

Keutamaan lainnya dari ilmu adalah dapat mencapai kebahagiaan baik di dunia ataupun di akhirat.

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits nabi :
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ ْالآخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ (رواه الطبراني)

Artinya
Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, maka ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu (HR. Thabrani)
Rasulullah bersabda tentang keutamaan menuntut ilmu sebagai berikut :
مَْن سَلَكَ طَرِْيقًا َيلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا ِإلىَ اْلجَنَّةِ (رواه مسلم

Artinya :
Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim)

Kebahagian di dunia dan akhirat akan dapat diraih dengan syarat memiliki ilmu yang dimanfa’tkan. Manfa’at ilmu pengetahun bagi kehidupan manusia, antara lain :
1. Ilmu merupakan cahaya kehidupan dalam kegelapan, yang akan membimbimg manusia kepada jalan yang benar.
2. Orang yang berilmu dijanjikan Allah akan ditinggikan derajatnya menjadi orang yang mulia beserta orang-orang yang beriman.
3. Ilmu dapat membantu manusia untuk meningkatkan taraf hidup menuju kesejahteraan, baik rohani maupun jasmani.
4. Ilmu merupakan alat untuk membuka rahasia alam, rahasia kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
5. Tidak akan sampai manusia pada tercapainya tujuan tanpa adanya ilmu. baik tujuan untuk kebaikan dunia ataupun akherat.
6. Ilmu dan pemahaman yang baik mengenai agama akan menjadi cahaya petunjuk seseorang dalam memecahkan persoalan hidupnya.

2.3 Menentukan Skala Prioritas dalam Mencari Suatu Ilmu : Ilmu yang Fardhu 'ain dan Fardhu Kifayah untuk Dipelajari
Pembagian ilmu Fardu ‘ain
Berkata Syaikh Muhammad Sholeh Al-‘Utsaimin rahimahullah mendefinisikan ilmu fadhu ‘ain :

وضابطه أن يتوقف عليه معرفة عبادة يريد فعلها أو معاملة يريد القيام بها , فإنه يجب عليه في هذه الحال أن يعرف كيف يتعبد الله بهذه العبادة , وكيف يقوم بهذه المعاملة , وما عدا ذلك من العلم ففرض كفاية

Dan patokannya (ilmu fardhu ‘ain) adalah suatu ilmu yang menjadi syarat bisa terlaksananya (dengan benar) sebuah ibadah yang hendak dilakukan oleh seorang hamba atau mu’amalah (aktifitas dengan orang lain) yang hendak dikerjakannya, maka pada keadaan ini wajib ia mengetahui (ilmu tentang )bagaimana beribadah kepada Allah dengan ibadah itu, dan (ilmu tentang )bagaimana bermu’amalah dengan aktifitas mu’amalah itu. Adapun ilmu-ilmu selain itu, adalah ilmu fardhu kifayah”1

Dari keterangan di atas kita ketahui bahwa ruang lingkup ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap muslim dan muslimah adalah perkara yang berkaitan dengan ibadah,yaitu hubungan manusia dengan Allah, dan mu’amalah, yaitu hubungan manusia dengan manusia yang lain.

Padahal, sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa diantara bentuk-bentuk ibadah dan mu’amalah, ada yang sebagiannya sama-sama wajib dilakukan oleh setiap orang , namun ada juga bentuk ibadah dan mu’amalah yang hanya mampu dilakukan oleh sebagian orang saja tanpa sebagian orang yang lain atau hanya sebagian orang saja yang berkepentingan untuk segera melakukannya ketika itu, sehingga hanya sebagian orang tersebut saja yang wajib mempelajari hukum-hukumnya, adapun bagi yang lain, tidaklah wajib mempelajarinya.

Oleh karena itu, dari penjelasan Syaikh Muhammad Sholeh Al-‘Utsaimin rahimahullah di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu Fardu ‘ain terbagi menjadi dua:

1. Jenis ilmu Fardu ‘ain yang harus dipelajari oleh seluruh mukallafiin (orang-orang yang baligh dan berakal sehat )dimanapun mereka berada dan kapanpun juga.
Jenis ilmu Fardu ‘ain inilah yang disebutkan contoh-contohnya oleh Imam Ahmad,An-Nawawi dan Ulama Lajnah Daimah KSA rahimahumullah, yang sudah dinukilkan fatwanya di artikel bagian ke-1, seperti :

Mengetahui tauhid dan kebalikannya,yaitu syirik, pokok-pokok keimanan (Rukun Iman) dan Rukun Islam, hukum-hukum sholat, tatacara wudhu`, bersuci dari junub, dan yang semisalnya dan termasuk juga dalam jenis ini, yaitu mengetahui perkara-perkara yang diharomkan dalam Islam,seperti dalam masalah makanan,minuman,pakaian,kehormatan,darah,harta,ucapan dan perbuatan.

2. Jenis ilmu Fardu ‘ain yang harus dipelajari oleh sebagian mukallafiin saja, yang memiliki kewajiban tertentu yang khusus baginya. Sehingga orang lain yang tidak memiliki kewajiban tersebut, tidak harus mempelajari ilmu itu.
Penjelasan :

Jenis ilmu Fardu ‘ain yang satu ini, contoh-contohnya diantaranya adalah :
 
 Ilmu tentang suatu ibadah tertentu bagi orang yang mampu mengerjakannya.Berkata Syaikh Muhammad Sholeh Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan contoh-contoh ilmu fardhu ‘ain:

    من كان عنده مال أن يتعلم أحكام الزكاة ……. من أراد أن يحج أن يتعلم أحكام الحج لأن هذه عبادات متلقاة من الشرع فلابد أن يعلم كيف شرعها الشارع ليعبد الله على بصيرة

  Orang yang memiliki harta wajib mempelajari hukum-hukum zakat…….. demikian pula orang yang hendak menunaikan ibadah haji, wajib baginya mempelajari hukum-hukum haji, karena ibadah itu sumbernya adalah Syari’at, maka wajib mempelajari tata cara ibadah yang disyari’atkan oleh Allah, agar seseorang bisa beribadah kepada-Nya berdasarkan ilmu 2

  Ilmu tentang pekerjaan, profesi atau tugas, agar bisa menunaikan kewajiban pekerjaannya dan agar terhindar dari melakukan keharoman dalam pekerjaannya. Berkata Ibnu Hazm rahimahullah :
    ثم فرض على قواد العساكر معرفة السِّير وأحكام الجهاد وقَسْم الغنائم والفيء. ثم فرض على الأمراء والقضاة تعلم الأحكام والأقضية والحدود، وليس تعلم ذلك فرضا على غيرهم
 
 Selanjutnya, diwajibkan bagi para komandan pasukan untuk mengetahui ilmu tentang strategi mobilitas pasukan, hukum-hukum jihad, pembagian rampasan perang dan fai`.
 
 Diwajibkan pula bagi para pejabat pemerintahan dan hakim untuk mempelajari hukum-hukum fikih peradilan dan hukuman hudud, akan tetapi mempelajari hal itu tidak wajib bagi selain mereka.3
  
Ilmu tentang mu’malah (aktivitas) yang hendak dilakukannya, agar bisa menghindari larangan yang haram dilakukan dan bisa menunaikan kewajibannya terhadap pihak lain. Berkata Syaikh Muhammad Sholeh Al-Munajjid rahimahullah memberi contoh ilmu-ilmu yang termasuk fardhu ‘ain :
    ومن ذلك تعلم أحكام البيع والشراء لمن أراد أن يتعامل بذلك ، وكذا أحكام النكاح والطلاق والأطعمة والأشربة وغيرها من المعاملات لمن أراد الإقدام على شيء منها
    Dan yang termasuk ilmu fardhu ‘ain adalah mempelajari hukum-hukum jualbeli bagi orang yang hendak melakukan aktifitas jualbeli, demikian pula hukum-hukum nikah, thalaq, makanan, minuman dan mu’amalah selainnya, bagi orang yang hendak melakukan salahsatu bentuk mu’amalah tersebut 4

  Ilmu tentang hukum suatu kejadian kontemporer bagi yang mengalaminya. Berkata An-Nawawi rahimahullah:

    ويجب عليه الاستفتاء إذا نزلت به حادثة يجب عليه علم حكمها فإن لم يجد ببلده من يستفتيه وجب عليه الرحيل إلى من يفتيه وإن بَعُدت داره، وقد رحل خلائق من السلف في المسألة الواحدة الليالي والأيام
    “Wajib baginya (seseorang yg tidak tahu hukum suatu kejadian-pent) untuk meminta fatwa, jika mengalami kejadian kontemporer yang harus diketahui hukumnya. Jika di negrinya tidak didapatkan orang yang mampu berfatwa, maka wajib baginya pergi kepada orang yang mampu berfatwa walaupun jauh dari rumahnya. (Di dalam sejarah) beberapa orang Salaf dahulu pergi mencari ilmu tentang satu masalah sampai selama berhari-hari”5.

2. Ilmu Fardhu Kifayah
Yaitu sebuah ilmu yang jika sudah ada sebagian kaum muslimin yang mempelajarinya dengan mencukupi,maka gugurlah kewajiban tersebut atas seluruh kaum muslimin yang lainnya, namun disunnahkan bagi kaum muslimin yang lainnya tersebut untuk mempelajarinya.

Berikut nukilan perkataan An-Nawawi rahimahullah :
( القسم الثاني ) فرض الكفاية ، وهو تحصيل ما لا بد للناس منه في إقامة دينهم من العلوم الشرعية ، كحفظ القرآن ، والأحاديث ، وعلومهما ، والأصول ، والفقه ، والنحو ، واللغة ، والتصريف ، ومعرفة رواة الحديث ، والإجماع ، والخلاف ، وأما ما ليس علما شرعيا ، ويحتاج إليه في قوام أمر الدنيا كالطب ، والحساب ففرض كفاية أيضا

“Jenis Ilmu yang kedua adalah ilmu Fardu Kifayah, yaitu ilmu yang dibutuhkan manusia demi tegaknya agama mereka yang sifatnya harus ada, yaitu berupa ilmu-ilmu Syari’at, seperti : menghafal Alquran, Hadits dan ilmu Hadits, ilmu Ushul, Fikih, Nahwu, Bahasa Arab, Shorof, ilmu perowi Hadits, Ijma’ dan perselisihan Ulama.

Adapun ilmu yang bukan ilmu Syari’at, namun dibutuhkan untuk tegaknya urusan dunia, seperti kedokteran dan matematika, maka ini termasuk ilmu Fardhu Kifayah juga“6.
Dengan demikian ilmu Fardhu Kifayahpun terbagi menjadi dua, yaitu yang terkait dengan ilmu-ilmu Syar’i dan yang terkait dengan ilmu-ilmu dunia.


2.4 Beberapa Tokoh Cendekia Islam dari Masa Kejayaan Islam

 -Abu Abdallah Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Al-Battani. Ia lebih dikenal dengan panggilan Al-Battani atau Albatenius. Al Battani lahir di Battan, Harran, Suriah pada sekitar 858 M. Keluarganya merupakan penganut sekte Sabbian yang melakukan ritual penyembahan terhadap bintang. Namun ia tak mengikuti jejak langkah nenek moyangnya, ia lebih memilih memeluk Islam. Ketertarikannya dengan benda-benda yang ada di langit membuat Al Battani kemudian menekuni astronomi.  ia meninggalkan Harran menuju Raqqa yang terletak di tepi Sungai Eufrat, di sana ia melanjutkan pendidikannya. Di kota inilah ia melakukan beragam penelitian hingga ia menemukan berbagai penemuan cemerlangnya. Pada saat itu, Raqqa menjadi terkenal dan mencapai kemakmuran. Ini disebabkan karena kalifah Harun Al Rashid, khalifah kelima dalam dinasti Abbasiyah, pada 14 September 786 membangun sejumlah istana di kota tersebut. Ini merupakan penghargaan atas sejumlah penemuan yang dihasilkan oleh penelitian yang dilakukan Al Battani. Usai pembangunan sejumlah istana di Raqqa, kota ini menjadi pusat kegiatan baik ilmu pengetahuan maupun perniagaan yang ramai.

Buah pikirnya dalam bidang astronomi yang mendapatkan pengakuan dunia adalah lamanya bumi mengelilingi bumi. Berdasarkan perhitungannya, ia menyatakan bahwa bumi mengelilingi pusat tata surya tersebut dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Perhitungannya mendekati dengan perhitungan terakhir yang dianggap lebih akurat.Penemuannya mengenai garis lengkung bulan dan matahari, pada 1749 kemudian digunakan oleh Dunthorne untuk menentukan gerak akselerasi bulan. Dalam bidang matematika, Al Battani juga memberikan kontribusi gemilang terutama dalam trigonometri.


-Al Idris. “Syarif Al Idrisi adalah dosen ilmu Geografi bagi orang-orang Eropa dan senantiasa dianggap sebagai guru di sana selama tiga abad, karena pada waktu itu belum ada suatu peta dunia selain yang telah dibuatnya”. (Goother, ahli sejarah). Al-Idrisi (1100 – 1166 M) dikenal masyarakat Barat sebagai seorang ahli Geografi yang telah membuat bola dunia dari bahan perak seberat 400 ons untuk Raja Roger II dari Sicilia (Sekarang kita kenal sebagai nama pulau di selatan Italia). Beberapa mahasiswa menyanjungnya sebagai ahli Geografi terbesar di abad pertengahan. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Muhammad Ibn Abdullah Ibn Idris Ash Sharif. Ia dilahirkan di Ceuta, Spanyol tahun 493 H/1100 M.
Idris menempuh pendidikannya di Cordova. Seperti Geografer lainnya, ia pun bepergian ke tempat-tempat yang jauh termasuk Asia dan Afrika, untuk mengumpulkan data Geografi. Mayoritas Geografer muslim di masa Idris, telah mampu membuat ukuran permukaan bumi yang akurat. Ketika itu beberapa peta dunia juga telah dibuat, namun tak sesempurna karya Idris. Dari bahan-bahan yang telah dikumpulkan, Idris mengkombinasikan sendiri temuan-temuannya menjadi sebuah pengetahuan baru. Karyanya banyak menyajikan data komprehensif dari setiap wilayah di dunia. Sehingga saat itu Idris menjadi sangat dikenal dan mulai dilirik oleh kalangan navigator laut Eropa dan militer. Kemasyhuran Idris dan kompetensinya di bidang Geografi terdengar oleh Roger II, Raja Norman dari Sicilia (1129-1140 M). Roger II mengundang dan memfasilitasi Idris untuk membuat peta dunia paling baru saat itu. Idris menyanggupi, namun ia mengajukan syarat bahwa dalam peta itu ia ingin memasukkan data wilayah Sicilia yang pernah berada di bawah kekuasaan kaum muslimin sebelum Raja Roger berkuasa. Peta pesanan sang Raja diwujudkan Idris ke dalam bentuk bola dunia (globe) seberat 400 ons, yang secara cermat memuat danau dan sungai, kota-kota besar, daratan serta pegunungan. Idris membedakan pula antara tanah yang subur (pertanian) dan tanah yang gersang. Ia juga memasukkan beberapa informasi tentang jarak, panjang dan ketinggian secara tepat. Bola dunianya itu dilengkapi dengan Kitab Al-Rujari (Roger’s book), sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Roger. Buku ini digambarkan sebagai bentuk deskripsi paling teliti dan cermat di dunia pada abad pertengahan.


-Al Khawarizmi. Dunia Islam benar-benar sebuah peradaban yang lengkap jika kita mau mempelajarinya. Dari obat-obatan sampai matematika ada di dalamnya, begitu juga para ahlinya. Di antara kita, banyak sekali yang mengenal dan mungkin pernah belajar satu teori matematika yang bernama Algoritma. Sebuah teori yang mempermudah manusia menghitung dalam jumlah besar dengan menggunakan sistem decimal. Jika kita pernah mempelajari, ada satu pertanyaan menarik, pernahkah kita tahu siapa yang pertama kali menemukan dan memperkenalkan rumus Algoritma? Tak lain dan tak bukan adalah orang-orang Islam. Aljabar diambil dari kata depan judul buku yang dikarang oleh Al Khawarizmi, “Al Jabr wa Al Muqabilah”. Dalam buku ini ia merumuskan dan menjelaskan secara detail table trigonometri yang biasa kita pelajari saat ini. Tak hanya itu, jika kita pelajari secara detail, buku ini ternyata mengenalkan teori-teori kalkulus dasar dengan gampang. Selain karya-karyanya di bidang matematika, Al Khawarizmi juga melahirkan karya dalam bidang astronomi. Ia membuat tabel yang mengelompokkan ilmu perbintangan ini. Pada awal abad 12, karya-karya Al Khawarizmi diterjemahkan ke dalam bahasa lain, dan yang pertama kali adalah bahasa latin oleh Adelard of bath dan Gerard of Cremona. Kita-kita itu adalah, The Treatise of Arithmetic, Al Muqala fi Hisab Al Jabr wa Al Muqabilah. Di banyak universitas di Eropa, buku-buku karya Al Khawarizmi masih menjadi acuan dan text book untuk mahasiswa di sana sampai pertengahan abad ke enam belas. Karya-karyanya, setelah di terjemahkan dalam bahasa Latin, kemudian menyusul bahasa-bahasa lain seperti bahasa-bahasa yang digunakan di Eropa dan terakhir diterjemahkan dalam bahasa Cina.


-Al Mawardi. Khazanah intelektual Islam era kekhalifahan Abbasiyah pernah mengukir sejarah emas dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan pemikiran keagamaan. Salah satu tokoh terkemuka sekaligus pemikir dan peletak dasar keilmuan politik Islam penyangga kemajuan Abbasiyah itu adalah Al Mawardi. Tokoh yang pernah menjadi qadhi (hakim) dan duta keliling khalifah ini, menjadi penyelamat berbagai kekacauan politik di negaranya, Basrah (kini Irak). “Al Khatib of Baghdad,” tulis seorang orientalis. Ulama penganut mazhab Syafi’i ini bernama lengkap Abu al Hasan Ali bin Habib al Mawardi. Lahir di kota pusat peradaban Islam klasik, Basrah (Baghdad) pada 386 H/975 M, Al Mawardi menerima pendidikan pertamanya di kota kelahirannya. Ia belajar ilmu hukum dari Abul Qasim Abdul Wahid as Saimari, seorang ahli hukum mazhab Syafi’i yang terkenal. Kemudian, pindah ke Baghdad melanjutkan pelajaran hukum, tata bahasa, dan kesusastraan dari Abdullah al Bafi dan Syaikh Abdul Hamid al Isfraini. Dalam waktu singkat ia telah menguasai dengan baik ilmu-ilmu agama, seperti hadis dan fiqh, juga politik, filsafat, etika dan sastra. Sebagai seorang penasihat politik, Al Mawardi menempati kedudukan yang penting di antara sarjana-sarjana Muslim. Dia diakui secara universal sebagai salah seorang ahli hukum terbesar pada zamannya. Al Mawardi mengemukakan fiqh madzhab Syafi’i dalam karya besarnya Al Hawi, yang dipakai sebagai buku rujukan tentang hukum mazhab Syafi’i oleh ahli-ahli hukum di kemudian hari, termasuk Al Isnavi yang sangat memuji buku ini. Buku ini terdiri 8.000 halaman, diringkas oleh Al Mawardi dalam 40 halaman berjudul Al Iqra. Menelaah pemikiran Al Mawardi, bisa dikatakan cukup dengan membaca karyanya, Al Ahkaam Al Shultoniyah (Hukum-hukum Kekuasaan), yang menjadi master piece-nya. Meskipun ia juga menulis beberapa buku lainnya, namun dalam buku //Al Ahkaam Al Shultoniyah// inilah pokok pemikiran dan gagasannya menyatu. Dalam magnum opusnya ini, termuat prinsip-prinsip politik kontemporer dan kekuasaan, yang pada masanya dapat dikatakan sebagai pemikiran maju, bahkan sampai kini sekalipun. Misalnya, dalam buku itu dibahas masalah pengangkatan imamah (kepala negara/pemimpin), pengangkatan menteri, gubernur, panglima perang, jihad bagi kemaslahatan umum, jabatan hakim, jabatan wali pidana. Selain itu, juga dibahas masalah imam shalat, zakat, fa’i dan ghanimah (harta peninggalan dan pampasan perang), ketentuan pemberian tanah, ketentuan daerah-daerah yang berbeda status, hukum seputar tindak kriminal, fasilitas umum, penentuan pajak dan jizyah, masalah protektorat, masalah dokumen negara dan lain sebagainya.

-Al Zahrawi. Dalam dunia kedokteran, nama Albucasis alias Al Zahrawi tidak pernah luntur. Apalagi bila merunut pada penemuan penyakit hemofilia. Penyakit ini sebenarnya telah ada sejak lama sekali, dan belum memiliki nama. Talmud, yaitu sekumpulan tulisan para rabi Yahudi, 2 abad setelah Masehi menyatakan bahwa seorang bayi laki-laki tidak harus dikhitan jika dua kakak laki-lakinya mengalami kematian akibat dikhitan. Titik terang ditemukan setelah Al Zahrawi pada abad ke-12 menulis dalam bukunya mengenai sebuah keluarga yang setiap anak laki-lakinya meninggal setelah terjadi perdarahan akibat luka kecil. Ia menduga hal tersebut tidak terjadi secara kebetulan. Kata hemofilia pertama kali muncul pada sebuah tulisan yang ditulis oleh Hopff di Universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut ensiklopedia Britanica, istilah hemofilia (haemophilia) pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein (1793 – 1864), pada tahun 1928. Lukas menelusur aneka catatan kedokteran, termasuk tulisan Al Zahrawi atau Albucasis itu.  Albucasis lahir sebagai Abu al-Qasim Khalaf bin Abbas Al-Zahrawi di Al Zahra’a, 6 mil utara Cordoba di Andalusia (sekarang Spanyol), tahun 936. Dia mengawali karirnya sebagai dokter bedah dan pengajar di beberapa sekolah kedokteran. Namanya mulai menjadi perbincangan di dunia kedokteran setelah dia meluncurkan buku yang kemudian menjadi buku paling populer di dunia kedokteran, At-Tasrif liman ‘Ajiza ‘an at-Ta’lif (Metode Pengobatan). Dalam buku itu, ia banyak menguraikan tentang hal-hal baru dalam operasi medis. Apa yang ditulisnya merupakan cetak biru dari apa yang dilakukannya selama 50 tahun melang melintang dalam dunia pengobatan. Bahkan, bukunya dianggap sebagai ikhtisar ensiklopedi kedokteran. Al Zahrawi juga menciptakan sejumlah alat bantu operasi. Ada tiga kelompok alat yang diciptakannya, yaitu instrumen untuk mengoperasi bagian dalam telinga, instrumen untuk inspeksi internal saluran kencing, dan instrumen untuk membuang sel asing dalam kerongkongan. Di atas semua itu, ia terkenal sebagai pakar operasi yang piawai mengaplikasikan aneka teknik paling tidak untuk 50 jenis operasi yang berbeda. Dia jugalah yang pertama menguraikan secara detil operasi klasik terhadap kanker payudara, lithotrities untuk ‘menggempur’ batu ginjal, dan teknik membuang kista di kelenjar tiroid. Dia juga termasuk salah satu penggagas operasi plastik, atau setidaknya, dialah yang memancangkan prosedur bedah plastik pertama kali.

Dalam bukunya, Al-Tasrif, Al-Zahrawi mendiskusikan tentang penyiapan aneka obat-obatan yang diperlukan untuk penyembuhan pasca operasi, yang dalam dunia pengobatan modern dikenal sebagai ophthalmologi atau sejenisnya. Dalam penyiapan obat-obatan itu, ia mengenalkan tehnik sublimasi. Al Zahrawi juga ahli dalam bidang kedoteran gigi. Bukunya memuat beberapa piranti penting dalam perawatan gigi. Misalnya thereof, alat yang sangat vital dalam operasi gigi. Di buku yang sama, ia juga mendiskusikan beberapa kelainan pada gigi dan problem deformasi gigi serta bagaimana cara untuk mengoreksinya. Ia juga memciptakan sebuah teknik untuk menyiapkan gigi artifisial dan cara memasangnya. Al-Tasrif dialihbahasakan ke dalam bahasa Latin pada abad pertengahan oleh Gherard of Cremona. Sejumlah editor lain di Eropa mengikutinya, dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa mereka. Buku dengan sejumlah diagram dan ilustrasi alat bedah yang digunakan Al Zahrawi ini kemudian masuk ke kampus-kampus dan menjadi buku wajib mahasiswa kedokteran. Al Zahrawi disebut oleh Pietro Argallata (meninggal tahun 1423) sebagai “Pimpinan segala operasi bedah tanpa keraguan”. Jacques Delechamps (1513-1588), ahli bedah Prancis lainnya, menyebut Al Zahrawi sebagai pemikir jempolan abad pertengahan hingga Renaissance. Ia merujuk komentarnya pada kitab At Tasrif karya Al Zahrawi yang banyak dirujuk dokter-dokter pada masa itu. Al Zahrawi menjadi pakar kedokteran populer di zamannya. Bahkan hingga lima abad setelah kematiannya, bukunya tetap menjadi buku wajib bagi para dokter di berbagai belahan dunia. Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan kedokterannya, menurut Dr Cambell, pakar sejarah pengobatan Arab, dimasukkan dalam kurikulum fakultas kedokteran di seluruh belahan Eropa. Dia juga dikenal sebagai fisikawan andal kebanggaan Raja Al-Hakam II dari Spanyol. Setelah malang melintang di dunia kedokteran dengan sejumlah temuan baru, Al Zahrawi berpulang pada tahun 1013. Namanya tercatat dengan tinta emas dalam dunia kedokteran modern hingga kini. keterangan lebih lanjut bisa dibaca pada blog      https://tonyoke.wordpress.com/category/dunia-islam/100-tokoh-cendikiawan-muslim/


2.5 Bagaimana Perjuangan Para Salafussalih dalam Mencari Ilmu

Para ulama dalam mencari ilmu tidaklah dalam waktu yang singkat, cuma satu atau dua hari saja. Bahkan berbulan-bulan, bertahun-tahun, sampai puluhan tahun. Tentu di dalam perjalanan pun banyak gangguan dan rintangan yang harus dihadapi, rasa lapar dan haus, kesusahan, kesengsaraan, dan bahaya-bahaya lain yang mengancam jiwa.

فقد رحل الإمام أبو عبد الله محمد بن إسحاق بن منده لطلب العلم وعمره عشرون سنة، ورجع إلى بلده وعمره خمسة وستون عاماً، وكانت مدة رحلته خمسة وأربعين عاماً، وسمع فيها العلم وتلقاه عن ألف وسبعمائة شيخ، فلما رجع إلى بلده تزوج وهو ابن خمسة وستين عاماً، ورزق الأولاد، وحدث الناس وعلمهم

Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ishaq bin Mandah pergi melakukan perjalanan untuk mencari ilmu pada saat umur beliau masih 20 tahun. Beliau kembali ke negerinya ketika sudah berumur 65 tahun. Berarti beliau melakukan perjalanan mencari ilmu selama 45 tahun. Pada waktu tersebut beliau mendengarkan ilmu dan mengambilnya dari 1700 syaikh. Kemudian beliau kembali ke negerinya dan menikah pada usia 65 tahun dan dikaruniai beberapa anak. Kemudian beliau menyampaikan hadits kepada manusia dan mengajarkannya.

Al-Imam Adz-Dzahabi mengisahkan tentang Baqi bin Makhlad,
أما بقي بن مخلد فقد قام برحلتين إلى الشام والحجاز؛ الأولى استغرقت أربعة عشر عاماً والثانية استمرت عشرين عاماً، وكلها كانت على الأقدام ماشياً كما صرح هو بذلك حيث قال: كل من رحلت إليه فماشياً على قدمي

“Baqi bin Makhlad melakukan perjalanan dua kali di negeri Syam dan Hijaz; yang pertama memakan waktu 14 tahun, dan yang kedua hingga 20 tahun, semuanya ditempuh dengan berjalan kaki. Sebagaimana yang dia ceritakan sendiri, ‘Setiap orang yang aku pergi kepadanya maka semuanya dengan berjalan dengan kedua kakiku.'”
Dikisahkan, Abdullah bin Al-Qasim Al-‘Ataki Al-Mishri berkeinginan untuk melakukan perjalanan dari Kairo menuju Madinah untuk mencari ilmu kepada Imam Malik. Sedangkan istri Abdullah dalam keadaan hamil. Maka beliau berkata kepada istrinya,

إني قد عزمت على الرحلة في طلب العلم، وما أراني عائداً إلى مصر إلا بعد مدة طويلة، فإن شئت أن أطلقك طلقتك فتنكحين من شئت، وإن أردت أبقيك في عصمتي فعلت ولكن لا أدري متى سأرجع إليك

“Sesungguhnya aku ingin sekali melakukan perjalanan untuk mencari ilmu. Aku mengira tidak akan kembali ke Mesir kecuali dalam waktu yang lama. Jika engkau ingin aku menceraikanmu maka aku akan menceraikanmu dan engkau bisa menikah lagi dengan orang yang kamu kehendaki. Jika engkau ingin tetap berada dalam tanggung jawabku maka akan aku lakukan. Akan tetapi aku tidak tahu kapan bisa kembali lagi kepadamu.”

Istrinya memilih untuk tetap bertahan dan menjadi istrinya. Maka berangkatlah Abdullah bin Al-Qasim ke tempat Imam Malik. Dia berada di sana selama 17 tahun bersama Imam Malik dan tidak melakukan jual beli. Pikirannya tercurah untuk menuntut ilmu. Saat ini, istrinya telah melahirkan seorang anak lelaki dan telah tumbuh dewasa. Abdullah bin Al-Qasim tidak mengetahui kabar tentang kelahiran anaknya dikarenakan berita tentang istrinya telah terputus semenjak dia meninggalkan istrinya. Berkata Abdullah bin Al-Qasim,

فبينا أنا ذات يوم عند مالك في مجلسه، إذ أقبل علينا حاج مصري شاب ملثم فسلم على مالك ثم قال: أفيكم ابن القاسم؟ فأشاروا إلي، فأقبل علي يعتنقني ويقبل ما بين عيني، ووجدت منه رائحة الولد، فإذا هو ابني الذي تركت زوجتي حاملاً به وقد شب وكبر

“Suatu saat aku sedang berada di majelisnya Imam Malik. Tiba-tiba datang kepada kami jama’ah haji dari Mesir yang masih muda dengan menutup mukanya kemudian mengucapkan salam kepada Imam Malik dan berkata, ‘Adakah di antara kalian yang bernama Ibnu Al-Qasim?’ Maka mereka menunjuk kepadaku. Lalu dia datang kepadaku, memelukku, dan mencium keningku. Aku mencium bau anak darinya. Ternyata dia adalah anakku yang dulu telah aku tinggalkan bersama istriku dalam keadaan hamil dan sekarang sudah tumbuh besar.”


Al-Khatib Al-Baghdadi menjelaskan tentang Al-Imam Al-Bukhari,
والإمام البخاري رحل إلى محـدثي الأمصـار، وكـتب بخراسان والجبال ومدن العراق كلها والحجاز والشام ومصر، وورد بغداد دفعات

“Al-Imam Al-Bukhari pergi ke banyak ahli hadits di berbagai negeri. Menulis hadits di Khurasan, di gunung-gunung dan kota-kota di Iraq semuanya, di Hijaz, di Syam, dan di Mesir. Datang ke Baghdad beberapa kali.”


Al-Imam Al-Bukhari menceritakan tentang dirinya,
كتبت عن ألف شيخ من العلماء وزيادة، وليس عندي حديث إلا أذكر إسناده

“Aku telah menulis lebih dari seribu syaikh dari kalangan ulama. Dan tidaklah aku memiliki satu hadits pun kecuali aku sebutkan sanadnya.”
Sejarah telah mencatat begitu besarnya kesungguhan para ulama dalam mencari ilmu. Perjuangan yang tak kenal lelah di antara panasnya sengatan terik matahari dan dahsyatnya musim dingin, sampai pun mereka mengorbankan raganya. Sempitnya kehidupan dan susahnya dalam menempuh perjalanan.


Al-Imam Adz-Dzahabi mengisahkan tentang perjalanan ‘Umar bin ‘Abdul Karim Ar-Rawasi dalam mencari ilmu,
ورحل عمر بن عبد الكريم الرواسي في طلب العلم، وسمع العلم من ثلاثة آلاف وستمائة شيخ، وفي إحدى رحلاته سقطت بعض أصابعه من شدة البرد والثلج، ولم يكن معه آنذاك ما يتدفأ به

‘Umar bin ‘Abdul Karim Ar-Rawasi melakukan perjalanan untuk mencari ilmu dan mendengarkan ilmu dari 3.600 syaikh. Pada suatu perjalanan, sebagian jari-jemarinya rontok dikarenakan cuaca yang sangat dingin dan bersalju. Sedangkan tidak ada sesuatu pun padanya untuk menghangatkan badan.


Al-Imam Al-Hafizh Muhammad bin Thahir Al-Maqdisi menceritakan tentang kisahnya dalam mencari ilmu,
بلت الدم في طلبي للحديث مرتين: مرة ببغداد ومرة بمكة؛ وذلك أني كنت أمشي حافياً في سفري لطلب العلم في شدة الحر وعلى الرمضاء المحرقة، فأثر ذلك في جسدي فبلت دماً، وما ركبت دابة قط في طلب الحديث إلا مرة واحدة، وكنت دائماً أحمل كتبي على ظهري في أثناء سفري، حتى استوطنت البلاد وما سألت في حال طلبي للعلم أحداً من الناس مالاً، وكنت أعيش على ما يأتيني الله به من رزق من غير سؤال

“Aku mengalami kencing darah ketika sedang mencari hadits dua kali; sekali di Baghdad dan sekali di Makkah. Hal itu disebabkan aku berjalan tanpa menggunakan alas kaki dalam perjalananku mencari ilmu di cuaca yang sangat panas di atas gurun yang membakar.  Maka hal itu mempengaruhi tubuhku sehingga aku kencing darah. Aku tidak pernah sama sekali menggunakan kendaraan untuk mencari hadits kecuali hanya sekali saja. Aku selalu membawa kitab-kitabku dia atas punggung di dalam menempuh perjalanan sampai suatu negeri. Aku tidak pernah meminta harta kepada seorang pun ketika mencari ilmu. Aku hidup atas rizki yang diberikan oleh Allah kepadaku tanpa meminta-minta.”

وكابدوا المجد حتى ملَّ أكثرُهُم *** وعانق المجد من أوفى ومن صبرا
لا تحسبن المجد تمراً أنت آكله *** لن تبلغ المجد حتى تَلْعَقَ الصَـبِرَ
  
    Mereka menahan derita hingga merasa bosan kebanyakan mereka
    Kemuliaan akan memeluk orang yang tetap setia dan bersabar
    Janganlah kamu anggap kemuliaan itu kurma yang kamu makan
    Kamu tidak akan mencapai kemuliaan hingga menjilat kesabaran

Al-Imam Ibnu Katsir meriwayatkan,
وقال أحمد بن سنان الواسطي: بلغني أن أحمد بن حنبل رهن نعله عند خباز على طعام أخذه منه، عند خروجه من اليمن. وسرقت ثيابه وهو باليمن، فجلس في بيته ورد عليه الباب، وفقده أصحابه، فجاءوا إليه فسألوه فأخبرهم، فعرضوا عليه ذهباً فلم يقبله، ولم يأخذ منهم إلا ديناراً واحداً، ليكتب لهم به ـ أي أخذ الدينار على أن يكون أجرة لما ينسخه لهم من الكتب ـ فكتب لهم بالأجر، رحمه الله تعالى

Ahmad bin Sinan Al-Wasithi berkata, “Telah sampai kepadaku berita bahwa Ahmad bin Hanbal menggadaikan sandalnya kepada seorang penjual roti karena baju-bajunya dicuri ketika sedang di Yaman. Maka dia duduk di dalam rumahnya dan menutup pintunya. Sahabat-sahabatnya merasa kehilangan. Maka mereka pun mendatanginya dan bertanya kepadanya, maka dia menceritakan keadaannya. Mereka menawarkan emas akan tetapi dia menolaknya. Dia tidak menerima dari mereka kecuali satu dirham sebagai upah menulis untuk mereka. Maksudnya dia mengambil dinar sebagai upah menuliskan kitab untuk mereka. Maka dia menulis untuk mereka dan mendapat upah. Semoga Allah Ta’ala selalu merahmatinya.

Muhammad bin Abi Hatim bercerita,
خرجت إلى آدم بن أبي إياس، فتخلفت عني نفقتي حتى جعلت أتناول الحشيش ولا أخبر بذلك أحداً، فلما كان اليوم الثالث أتاني آت لم أعرفه فناولني صرة دنانير، وقال: أنفق على نفسك

“Aku keluar untuk menemui Adam bin Abi Iyas. Perbekalanku datang terlambat sehingga aku terpaksa makan rumput. Dan aku tidak menceritakan hal itu kepada siapa pun. Setelah hari ketiga, seseorang yang tidak dikenal datang menemuiku kemudian memberikan kantong berisi beberapa dinar dan berkata, ‘Gunakanlah untuk keperluanmu.'”

MasyaAllah, begitu mengagumkan ketegaran mereka dalam mencari ilmu. Dan apabila dikumpulkan kisah-kisah mereka semua, tentu tulisan ini tidak akan selesai. Keutamaan yang mereka miliki berupa perjuangan mencari ilmu telah menjadi sebab pertolongan Allah untuk agama ini, mereka menghafalkan ilmunya dan menyebarkannya kepada manusia. Karena tidaklah dinamakan ibadah itu jika tanpa ilmu, dengan ilmu syar’i mereka telah menjaga agama ini. Ibrahim bin Adham mengatakan,

إن الله يدفع البلاء عن هذه الأمة برحلة أهل الحديث
“Sesungguhnya Allah akan menghindarkan malapetaka dari umat ini dengan perjalanan yang dilakukan oleh ahli hadits.”

Selain itu penjagaan mereka terhadap ilmu yang telah mereka dapatkan sungguh mengagumkan. Mereka gunakan waktu mereka sebaik-baiknya untuk menelah dan mengulang-ulang ilmu yang telah mereka dapatkan.

Al-Imam Ibnu Katsir mengatakan tentang keadaan Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah,
وهذا الإمام البخاري رحمه الله يستيقظ في الليلة الواحدة من نومه، فيوقد السراج ويكتب الفائدة تمر بخاطره، ثم يطفئ سراجه، ثم يقوم مرة أخرى وأخرى، حتى كان يتعدد ذلك منه في الليلة الواحدة قريباً من عشرين مرة

“Inilah Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah terjaga dalam tidurnya dalam satu malam. Kemudian menyalakan lentera dan menuliskan faedah yang terlintas dalam pikirannya kemudian memadamkan lenteranya. Setelah itu bangun kembali dan demikianlah seterusnya. Hingga hal itu beliau lakukan dalam satu malah hampir 20 kali.”
Ibrahim An-Nakha’i berkata,

إنه ليطول علي الليل حتى ألقى أصحابي فأذاكرهم

“Sungguh terkadang malam terasa sangat panjang bagiku, maka aku menemui teman-temanku kemudian aku ajak mereka mengulang pelajaran.”

Salah seorang dari salaf mengatakan,

سهري لتنقيح العـلوم ألذ لي *** من وصل غانية وطيب عـناق
وتمايلي طرباً لكـل عـويصة *** أشهى من النغمات للعـشاق
وألذ من نقـر الفـتاة لدفها *** نقري لألقي الرمل عن أوراقي
أأبيت سهران الدجى وتبيته *** نوماً وتبغي بعد ذاك لحـاقي؟

    Begadangku untuk mengoreksi ilmu lebih nikmat bagiku
    Daripada hubungan dengan wanita dan indahnya pelukan
    Lenggak-lenggokku karena kebahagiaan untuk mengatasi sedikit kesulitan
    Lebih aku sukai daripada nyanyian orang yang sedang kasmaran
    Dan lebih nikmat dari tepukan gadis pada rebananya
    Tepukanku untuk membuang pasir dari kertas-kertasku
    Apakah aku yang begadang pada malam hari, sementara engkau semalaman
    Hanya tidur, kemudian hendak menyusulku?

Apa tanggapan anda tentang perkataan di atas? Jujurlah pada masing-masing diri kita. Sungguh jauh dibandingkan mereka. Kita berangan-angan mendapatkan kemuliaan sedangkan pada hakekatnya kita enggan mengikuti jalan mereka. Maka jadikanlah hal ini sebagai lecutan penyemangat bagi kita.
Berapa pun umur kita, tidak ada kata terlambat untuk menuntut ilmu. Imam Ibnu Hazm baru belajar pada usia 26 tahun. Imam Al-Qofal baru belajar pada umur 40 tahun. Bahkan ada ulama yang belajar pada usia 80 tahun. Sungguh ini tidak ada alasan bagi kita untuk menjauh dari majelis ilmu. Pun juga alasan untuk menunda-nundanya. Sampai ajal menjemput kita.
Al-Imam Ahmad memberi teladan bagi kita,

قال محمد بن إسماعيل الصائغ: مر بنا أحمد بن حنبل ونعلاه في يديه وهو يركض في دروب بغداد ينتقل من حلقة لأخرى، فقام أبي وأخذ بمجامع ثوبه وقال له: يا أبا عبد الله! إلى متى تطلب العلم؟ قال: إلى الموت

Muhammad bin Isma’il Ash-Shaigh berkata, “Ahmad bin Hanbal melewati kami sambil menenteng kedua sandalnya dengan kedua tangannya. Beliau berlari di jalan-jalan kota Baghdad, berpindah dari satu halaqah ke halaqah yang lain. Maka berdirilah ayahku dan memegang bajunya dan bertanya, ‘Wahai Abu Abdillah! Sampai kapan engkau terus menuntut ilmu?’ Maka beliau menjawab, ‘Sampai mati.'”

Sesungguhnya apabila ilmu syar’i telah ditinggalkan, maka cita-cita akan menjadi lemah dan berkurang untuk mencapainya. Semoga dengan sedikit kisah kesabaran dan kesungguhan para ulama di dalam menuntut ilmu menjadikan diri kita memiliki semangat untuk mengikuti jejak mereka dan berjalan di atas jalan mereka.

فكن رجلا رجله في الثرى وهامة همته في الثريا
  
Maka jadilah seorang yang kakinya berada di atas tanah
  
Sedangkan cita-citanya setinggi bintang tsurayya

    (Ibnul Jauzi)


KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan keutamaan dan faedah dalam mencari ilmu. Para pencari ilmu tak hanya akan bermanfaat bagi sesamanya, namun juga akan dimuliakan Allah. kita dapat menentukan skala prioritas, mana ilmu yang wajib dan harus kita pelajari/ fardu 'ain dan mana ilmu yang tak wajib kita pelajari ketika sudah ada orang lain yang mempelajarinya/fardu kifayah. Generasi terdahulu berjuang dengan sungguh-sungguh dalam mencari ilmu melaui perjalanan panjang dan melelahkan dan waktu yang tak bisa dibilang singkat. Dan ilmu memang tak didapat dengan kemudahan dan hidup yang berfoya-foya.

PESAN UNTUK PEMBACA

Akibat ketika Malas Mencari Ilmu
Jika kehidupan manusia diibaratkan sebagai sebuah perjalanan, maka ilmu adalah peta dan cahaya yang akan menuntunnya akan sampai pada tujuanya. bahkan seorang tokoh atheis sekaligus cendekiawan barat yang terkenal Albert einsten saja mengakui


PENGETAHUAN TANPA AGAMA/MORAL ADALAH BUTA, SEDANG MORAL/AGAMA TANPA PENGETAHUAN ADALAH LUMPUH.

Ilmu dunia dan Ilmu akherat pada hakekatnya adalah sama-sama pentingnya. berapa banyak tokoh yang dunianya sukses, pangkat harta dan tahta dimilikinya, namun ia pada akhirnya tidak bahagia, bahkan memilih untuk bunuh diri. Pun demikian, berapa banyak ahli ilmu agama yang jalan pencarian nafkahnya tersendat-sendat dan menjadikan ilmunya kurang bermanfaat bagi masyarakat.
Selama kita masih hidup, maka hendaknya kita terus mencari ilmu dan hikmah. Pencarian ilmu adalah bentuk ibadah dan pengabdian kita pada Allah. Mereka yang malas mencari ilmu akan tersesat dari jalan yang ditujunya. Sekian



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. diakses dari https://kurnia249che.wordpress.com/tugas-tugas/data-data-agama/hadist-tentang-menuntut-ilmu/ tanggal 10 Juni 2015 pukul 10.00

Irahatul munafisah. 2011. diakses dari http://phairha.blogspot.com/2012/11/telaah-materi-dan-klasifikasi-materi_7901.html tanggal 10 Juni 2015 pukul 10.00

Rizky tulus. 2013. Perjuangan dan Semangat Para Ulama dalam Mencari Ilmu (Sekilas Catatan Penyemangat Hati). berdasarkan Waratsatul Anbiya karya Syaikh Abdul Malik Al-Qoshim diakses dari https://rizkytulus.wordpress.com/2013/06/05/perjuangan-dan-semangat-para-ulama-dalam-mencari-ilmu/ 10 Juni 2015 pukul 10.00

Sa’id Abu Ukasyah.  2015. diakses dari http://muslim.or.id/manhaj/skala-prioritas-dalam-belajar-agama-islam-1-ilmu-fardhu-ain.html tanggal 10 Juni 2015 pukul 10.00